LAPORAN PENELITIAN
Sejarah, Kebangkitan dan Perkembangan Pendidikan Di Pondok
Pesantren Sunan Drajat
Banjaranyar - Paciran -Lamongan
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Dra. Siti Annijat maimunah, M.Pd
.
Disusun Oleh:
Ahmad faizin
(12110046)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
HALAMAN PENGESAHAN
Setelah membaca, meneliti dan
mengkonsultasikan kepada pembimbing maka laporan penelitian tentang “sejarah,
kebangkitan dan perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat”
ini yang di susun oleh :
Nama : Ahmad Faizin
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Kelas : B
Telah dapat di terima dan di sahkan
oleh pembimbing mata kuliah bahasa Indonesia untuk memenuhi tugas UAS semester 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing
Dra. Siti Annijat
maimunah, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadiran Tuhan YME atau limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Penelitian” ini dengan lancar.
Penulisan laporan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas UAS yang
di berikan oleh dosen mata kuliah bahasa Indonesia. Laporan penelitian ini di
tulis dari hasil observasi dan mengamati selama penyusun berada di pondok 6
tahun. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian ini,
sehingga dapat diselesaikannya laporan ini. Kami mengharap, dengan membaca laporan
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai ruang lingkup pondok pesantren sunan drajat, khususnya bagi
penulis. Memang laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Malang, 15 Desember 2012
Penyusun
AHMAD FAIZIN
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL …………………………………………………………………………...i
HALAMAN
PENGESAHAN …………………………………………………………………....ii
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………………………...iii
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………………………….iv
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah
…………………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan Penulisan
……………………………………………………………………………...1
1.4 Lokasi …………………………………………………………………………………………2
1.5 Sumber Data
…………………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..3
2.1
Sejarah Pondok Pesantren Sunan Drajat ……………………………………………………...3
2.2
Kebangkitan Pondok Pesantren Sunan Drajat ………………………………………………..5
2.3 Perkembangan
Pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Drajat ………………………………6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………..8
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………...8
3.2 Saran ………………………………………………………………………………………….8
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai bagian dari implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi,
mahasiswa selain wajib mengikuti proses pendidikan dan pengabdian terhadap
masyarakat, juga dituntut untuk melakukan penelitian.
Menulis laporan penelitian merupakan salah satu dari beberapa
bentuk ekspresi mahasiswa dalam upaya melestarikan tradisi intelektual
akademik. Menulis bagi sebagian mahasiswa, lebih – lebih mahasiswa baru, adalah
pekerjaan yang berat dibandingkan dengan berbicara. Menuangkan ide gagasan
dalam bentuk tulisan dan pembuatan memang membutuhkan waktu dan tidak langsung
jadi begitu saja. Semuanya membutuhkan proses.
Dalam menulis laporan penelitian ini, penulis membeberkan akan
bangkitnya pondok pesantren sunan drajat dan perkembangan pendidikannya di
pondok pesantren sunan drajat. Berdasarkan refleksi, berfikir dan perenungan
penulis dan berangkat dari diskusi kecil dengan kawan – kawan pengurus pondok,
ternyata pondok pesantren sunan drajat ini selain di katakan pesantren
spiritual ada lebih banyak lagi yang mengatakan pondok pesantren percontohan
bagi seluruh rakyat dan pondok pesantren se-Indonesia. Di katakan sendiri oleh
pengasuh pondok pesantren sunan drajat beliau Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur
perkembangan pesantren ini selain mengikuti zaman juga selalu mengamalkan 2
keseimbangan yaitu فى
الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة sehingga
antara dunia dan akhirat itu bisa seimbang.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah pondok pesantren sunan drajat itu?
2.
Bagaimana
proses kebangkitan pondok pesantren sunan drajat itu ?
3.
Bagaimana
perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat itu?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
sejarah pondok pesantren sunan drajat .
2.
Mengetahui
proses kebangkitan pondok pesantren sunan drajat.
3.
Mengetahui
perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat .
1.4
Lokasi
Ø
Pondok
Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar - Paciran - Lamongan.
1.5
Sumber
Data
Laporan penelitian ini penulis mengambil semua data dari beberapa
sumber yang dapat di buktikan kebenarannya, diantaranya :
Ø Observasi langsung.
Ø Majalah menara Sunan Drajat.
Ø Telephone.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pondok Pesantren Sunan Drajat
Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar
memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan pesantren ini tak
lepas dari nama yang disandangnya yakni, Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah
julukan dari Raden Qosim putra kedua Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan
Nyi Ageng Manila (Putri Adipati Tuban Arya Teja). Beliau juga memiliki nama
Syarifuddin atau Ma’unat. Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai
tatkala beliau diutus ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan
Mbah Mayang Madu guna mengembangkan syiar Islam di daerah pesisir pantai utara
(Kabupaten Lamongan) saat ini.
Syahdan, pada tahun 1440-an ada seorang pelaut
muslim asal Banjar
yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa kampung Jelaq pada saat itu.
yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa kampung Jelaq pada saat itu.
Melihat kondisi masyarkat Jelaq yang telah
terseret sedemikian jauh dalam kesesatan, Sang Pelaut muslim itu pun terketuk
hatinya untuk menegakkan sendi-sendi agama Allah. Beliau pun mulai berdakwah
dan mensyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Jelaq dan sekitarnya. Lambat-laun
perjuangan Sang Pelaut yang kemudian hari lebih dikenal dengan Mbah Banjar,
mulai membuahkan hasil. Apa lagi bersamaan dengan itu Mbah Mayang Madu pun
turut menyatakan diri masuk Islam dan menjadi penyokong utama perjuangan Mbah
Banjar.
Pada suatu hari, Mbah Banjar dan Mbah Mayang
Madu berkeinginan untuk mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar
syiar Islam semakin berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan masih
kurangnya tenaga edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah. Akhirnya mereka
pun sepakat untuk sowan (bahasa jawa) menghadap Kanjeng Sunan Ampel di Ampel denta
Surabaya. Gayung pun bersambut Kanjeng Sunan Ampel memberikan restu dengan
mengutus putranya Raden Qosim untuk turut serta membantu perjuangan kedua tokoh
tersebut. Akhirnya Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di suatu petak tanah
yang terletak di areal Pondok Pesantren putri Sunan Drajat saat ini. Beliau pun
mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat
tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur.
Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar
di tempat beliau dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Sementara itu
untuk mengenang perjuangan Mbah Banjar, maka dusun yang sebelumnya bernama
kampung Jelaq, dirubah namanya menjadi Banjaranyar untuk mengabadikan nama Mbah
Banjar dan anyar sebagai suasana baru di bawah sinar petunjuk Islam.
Setelah beberapa lama beliau berdakwah di
Banjaranyar, maka Raden Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan
masjid dan Pondok Pesantren yang baru di kampung Sentono. Beliau berjuang
hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di
mana beliau mendirikan masjid dan Pondok Pesantren itu akhirnya dinamakan pula
sebagai Desa Drajat.
Sepeninggal Kanjeng Sunan Drajat, tongkat
estafet perjuangan dilanjutkan oleh anak cucu beliau. Namun seiring dengan
perjalanan waktu yang cukup panjang pamor Pondok Pesantren Sunan Drajat pun
kiyan pudar dan akhirnya lenyap ditelan masa. Saat itu hanyalah tinggal sumur
tua yang tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar yang tersisa. Kemaksiatan
dan perjudian merajalela di sekitar wilayah Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan
areal di mana Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di Banjaranyar saat itu
berubah menjadi tempat pemujaan. Namun Alhamdulillah keadaan itu pun
berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang sama didirikan Pondok
Pesantren Sunan Drajat oleh K.H. Abdul Ghofur yang masih termasuk salah seorang
keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang bertujuan untuk melanjutkan
perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama Allah di muka bumi.
Dengan berbekal ilmu kanuragan yang dimiliki
K.H. Abdul Ghofur mengumpulkan para pemuda sambil mengajarkan ilmu agama, ilmu
kanuragan, serta ilmu pengobatan. Jumlah santri yang semula hanya beberapa
orang, menjadi puluhan dan terus berkembang secara pesat dari tahun ke tahun.
2.2 Kebangkitan Pondok Pesantren Sunan Drajat
Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan
sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya
Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali menata diri dan menatap masa depannya
dengan rasa optimis dan tekat yang kuat. Hal ini bermula dari upaya yang
dilakukan oleh K.H. Abdul Ghofur yang bercita-cita untuk melenjutkan perjuangan
Sunan Drajat di Banjaranyar.
Sepulang dari perantauan dan menimba ilmu,
beliau berupaya menghidupkan kembali pesantren yang telah lama mati dengan
melalui pendekatan seni. Berawal dari kegiatan latihan pencak silat yang juga
diselingi siraman rohani dan pengajian ilmu diniyah, pamor Pondok Pesantren
Sunan Drajat kembali bersinar dan nuansa keagamaan pun mulai mewarnai kehidupan
masyarakat Banjaranyar dan sekitarnya. Dalam waktu relatif singkat Pondok
Pesantren Sunan Drajat menunjukkan perkembangan yang luar biasa pesatnya.
Kini Pondok Pesantren Sunan Drajat telah
memiliki berbagai pendidikan baik formal maupun nonformal, dalam berbagai jenis
dan jenjang, seperti:
Ø TK Muslimat.
Ø MI Al-Mu’awanah
ini sudah berdiri pada tahun 1976 sebelum pondok pesantren sunan drajat resmi
berdiri.
Ø Pondok
Pesantren Sunan Drajat resmi di dirikan pada tanggal 7 september 1977.
Ø MTs
Al-Mu’awanah berdiri dengan izin Akte No. B.30008148 Tanggal 01 juli 1986.
Ø SLTPN 2 Paciran
berdiri berdasarkan Surat Keputusan No.8757/104.15/PR/1997 tertanggal 11
Januari 1997 dan sekolah ini di resmikan pada tanggal 30 Agustus 1997 oleh
Mendikbud Prof.Dr. Ing. Wardiman Joyonegoro.
Ø MA Ma’arif 7
Sunan Drajat berdiri dengan Akte No.wm.06.04./.pp.0.3.2/001399/191 pada tgl 08
april 1991.
Ø MMA (Madrasah
Mu’allimin Mu’allimat) berdiri pada tahun 1994 dengan materi kurikulum nasional
dengan ditambah muatan lokal ilmu keagamaan yang lebih banyak.
Ø SMK NU 1 (STM) berdiri
dengan Akte izin pendirian Nomor 1942/32. B tanggal 17 Juli 1995.
Ø SMK NU 2 (SMEA)
berdiri pada tahun 1997.
Ø Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM)
berdiri pada tahun 2003.
Ø Universitas
Islam Lamongan (UNISLA) berdiri pada tahun 2001, dengan status kampus pondok
pesantren sunan drajat.
Ø Madrasah
Diniyah didirikan pada tahun 1976 yang mengawali upaya di bangkitkannya Pondok
Pesantren Sunan Drajat.
Ø Madrasatul
Qur’an berdiri pada tanggal 01 juli 1996 dengan kajian materi dan kurikulum.
Ø LPBA (Lembaga
Pengembangan Bahasa Asing) berdiri pada tahun 2003.
Dengan jumlah
peserta didik kurang lebih 6000 (enam ribu) santri, dan ini berlangsung
beberapa tahun dari pondok pesantren sunan drajat di dirikan.
2.3 Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren
Sunan Drajat
Seiring
dengan berjalannya globalisasi pondok pesantren sunan drajat kini mengikuti
perkembangan zaman terutama pada pendidikannya. Yang dulunya pondok pesantren
sunan drajat hanya memiliki jenjang pendidikan yang telah di sebutkan di atas
kini telah memiliki jenjang pendidikan perguruan tinggi sendiri yaitu STAIRA
(Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim) pada tahun 2008. Perjuangan kyai
Ghofur saat memperjuangkan untuk menghidupkan kembali pondok pesantren sunan
drajat yang sudah berates-ratus tahun hampir lenyap tidak ada bekasnya
sangatlah sengsara.
Pertama sebelum beliau merancang untuk
membangun kembali pondok pesantren sunan drajat beliau membentuk tim sepak bola
yang di namakan “Asmoro Gila” kenapa harus dengan sepak bola ?. karena waktu
itu sebelum di dirikannya pondok tempat itu jadi sarang judi, minum, maling,
madat dan madon, sarang mereka terbuat dari gubuk. Dengan bola di tendang
mengarah pada gubuk, robohlah gubuk tersebut sehingga mereka lama kelamaan
tidak betah tinggal di area itu. Setelah para pendzolim bersih disini mulailah
beliau mendirikan pencak silat yang di namakan “GASPI” (Gabungan Silat Pemuda
Islam), dari silat sinilah pondok pesantren sunan drajat mulai merintis
kebangkitannya. Setelah beliau mengajar silat apa yang beliau lakukan, beliau
langsung memberi pengarahan-pengarahan dan mauidhotul khasanah. Usai memberi
mauidhotul khasanah beliau mengutus para murid-muridnya mengambil pasir di
pantai untuk sedikit demi sedikit membangun asrama. waktu terus berjalan dan
perjuangan beliau semakin pesat sehingga tak lama insiatif membangun lembaga
beliau lakukan, mulai dari lembaga terendah hingga perguruan tinggi yang telah
di paparkan tadi.
Perjuangan beliau bukan hanya sampai disini,
sekarang lembaga-lembaga yang ada di pondok pesantren sunan drajat
perkembangannya sudah hampir mencapai puncak terutama sekolah SMK dan perguruan
tingginya. Dulunya ada SMK NU 1 (STM), SMK NU 2 (SMEA) dan Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) sekarang SMK di gabung menjadi satu dengan perubahan
nama SMK SUNAN DRAJAT yang kini telah menjadi pemecah rekor SMK dengan jurusan
terbanyak di jawa timur dan sekitarnya. Begitu juga pada perguruan tingginya yang
dulunya masih bekerja sama dengan UNISLA (Universitas Islam Lamongan) kini
sudah mempunyai perguruan tinggi sendiri dengan nama kampus STAIRA (Sekolah Tinggi
Agama Islam Raden Qosim) yang berdiri pada tahun 2008, ujarnya pengasuh pondok
pesantren sunan drajat STAIRA ini tidak akan bertahan lama. Akan tetapi
secepatnya STAIRA ini akan di rubahnya menjadi YUNSUD (Yayasan Universitas
Sunan Drajat).
Begitulah perjuangan kyai Ghofur selaku
pengasuh sekaligus pendiri pondok pesantren sunan drajat selain mengembangkan
pendidikan salaf juga mengembangkan lembaga umum yang ada di pondok pesantren
sunan drajat, yang kini dengan jumlah peserta didik kurang lebih 9000 (Sembilan
ribu) santriwan dan santriwati. Semua itu tidak lepas dari berbagai terobosan
dan upaya yang dilakukan untuk menjadikan Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai
pesantren yang Rahmatan Lil’Alamin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah di paparkan bahwasanya penelitian merupakan kegiatan untuk mencari
pengalaman dan pengetahuhan yang luas. Baik di luar ataupun di dalam lingkungan
sekitar kita, di samping itu kita bisa
mengetahui sejarah satu-satunya pondok pesantren yang masih asli peninggalan
wali songo yang hampir mati yaitu pondok pesantren sunan drajat hingga
kebangkitannya kembali. dengan begitu kita dapat pengalaman-pengalaman baru,
lain dari pada itu wisata religi juga bisa dibuat untuk belajar.
3.2
Saran
Jagalah
selalu nama almamater dengan cara sopan dalam ucapan dan perbuatan dimanapun dan kapanpun bila kita merasa sebagai manusia ulul albab.
Di sini kami sebagai penulis laporan penelitian tentang “sejarah,
kebangkitan dan perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat”
kami sangat berharap tinjauan dan revisi anda sekaligus kritik dan saran anda
apabila tanpa sengaja kami kurang tepat dalam menulis laporan penelitian ini.
Semoga dengan adanya penelitian tentang“sejarah, kebangkitan dan
perkembangan pendidikan di pondok pesntren sunan drajat” ini bisa bermanfaat bagi kita semua, Amiiiin .
. . .
GAMBAR HASIL OBSERVASI DI PONDOK
PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN
Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur Masjid
Agung
Pengasuh pondok
pesantren sunan drajat pondok
pesantren sunan drajat
MA Ma-Ma’arif 7 Sunan Drajat SMK
Sunan Drajat
SMPN 2 PACIRAN SUNAN DRAJAT Mts. SUNAN DRAJAT
TK MUSLIMAT MI AL-MU’AWANAH
STAIRA (Sekolah Tinggi Agama Islam
Raden Qosim) Pondok Pesantren Sunan Drajat