Jumat, 04 Oktober 2013

 LAPORAN PENELITIAN
Sejarah, Kebangkitan dan Perkembangan Pendidikan Di Pondok Pesantren Sunan Drajat
Banjaranyar - Paciran -Lamongan
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Dra. Siti Annijat maimunah, M.Pd



.




Disusun Oleh:
Ahmad faizin              (12110046)



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

HALAMAN PENGESAHAN
Setelah membaca, meneliti dan mengkonsultasikan kepada pembimbing maka laporan penelitian tentang “sejarah, kebangkitan dan perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat” ini yang di susun oleh :
Nama               : Ahmad Faizin
Fakultas           : Tarbiyah
Jurusan            : Pendidikan Agama Islam
Kelas               : B
Telah dapat di terima dan di sahkan oleh pembimbing mata kuliah bahasa Indonesia untuk memenuhi tugas UAS semester 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.


Pembimbing

Dra. Siti Annijat maimunah, M.Pd




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME atau limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Penelitian” ini dengan lancar. Penulisan laporan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas UAS yang di berikan oleh dosen mata kuliah bahasa Indonesia. Laporan penelitian ini di tulis dari hasil observasi dan mengamati selama penyusun berada di pondok 6 tahun. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian ini, sehingga dapat diselesaikannya laporan ini. Kami mengharap, dengan membaca laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai ruang lingkup pondok pesantren sunan drajat, khususnya bagi penulis. Memang laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.


Malang, 15 Desember 2012
Penyusun

AHMAD FAIZIN



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………………...i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………………....ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………..1
1.1  Latar Belakang ………………………………………………………………………………..1
1.2  Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….1
1.3  Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………...1
1.4  Lokasi …………………………………………………………………………………………2
1.5  Sumber Data …………………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..3
2.1 Sejarah Pondok Pesantren Sunan Drajat ……………………………………………………...3
2.2 Kebangkitan Pondok Pesantren Sunan Drajat ………………………………………………..5
2.3 Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Drajat ………………………………6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………..8
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………...8
3.2 Saran ………………………………………………………………………………………….8


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar  Belakang
Sebagai bagian dari implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, mahasiswa selain wajib mengikuti proses pendidikan dan pengabdian terhadap masyarakat, juga dituntut untuk melakukan penelitian.
Menulis laporan penelitian merupakan salah satu dari beberapa bentuk ekspresi mahasiswa dalam upaya melestarikan tradisi intelektual akademik. Menulis bagi sebagian mahasiswa, lebih – lebih mahasiswa baru, adalah pekerjaan yang berat dibandingkan dengan berbicara. Menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan dan pembuatan memang membutuhkan waktu dan tidak langsung jadi begitu saja. Semuanya membutuhkan proses.
Dalam menulis laporan penelitian ini, penulis membeberkan akan bangkitnya pondok pesantren sunan drajat dan perkembangan pendidikannya di pondok pesantren sunan drajat. Berdasarkan refleksi, berfikir dan perenungan penulis dan berangkat dari diskusi kecil dengan kawan – kawan pengurus pondok, ternyata pondok pesantren sunan drajat ini selain di katakan pesantren spiritual ada lebih banyak lagi yang mengatakan pondok pesantren percontohan bagi seluruh rakyat dan pondok pesantren se-Indonesia. Di katakan sendiri oleh pengasuh pondok pesantren sunan drajat beliau Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur perkembangan pesantren ini selain mengikuti zaman juga selalu mengamalkan 2 keseimbangan yaitu فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة  sehingga antara dunia dan akhirat itu bisa seimbang.

1.2       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah pondok pesantren sunan drajat itu?
2.      Bagaimana proses kebangkitan pondok pesantren sunan drajat itu ?
3.      Bagaimana perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat itu?

1.3       Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sejarah pondok pesantren sunan drajat .
2.      Mengetahui proses kebangkitan pondok pesantren sunan drajat.
3.      Mengetahui perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat .
1.4       Lokasi
Ø  Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar - Paciran - Lamongan.

1.5       Sumber Data
Laporan penelitian ini penulis mengambil semua data dari beberapa sumber yang dapat di buktikan kebenarannya, diantaranya :
Ø  Observasi langsung.
Ø  Majalah menara Sunan Drajat.
Ø  Telephone.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pondok Pesantren Sunan Drajat

Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan pesantren ini tak lepas dari nama yang disandangnya yakni, Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah julukan dari Raden Qosim putra kedua Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila (Putri Adipati Tuban Arya Teja). Beliau juga memiliki nama Syarifuddin atau Ma’unat. Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai tatkala beliau diutus ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu guna mengembangkan syiar Islam di daerah pesisir pantai utara (Kabupaten Lamongan) saat ini.

Syahdan, pada tahun 1440-an ada seorang pelaut muslim asal Banjar
yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa kampung Jelaq pada saat itu.

Melihat kondisi masyarkat Jelaq yang telah terseret sedemikian jauh dalam kesesatan, Sang Pelaut muslim itu pun terketuk hatinya untuk menegakkan sendi-sendi agama Allah. Beliau pun mulai berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Jelaq dan sekitarnya. Lambat-laun perjuangan Sang Pelaut yang kemudian hari lebih dikenal dengan Mbah Banjar, mulai membuahkan hasil. Apa lagi bersamaan dengan itu Mbah Mayang Madu pun turut menyatakan diri masuk Islam dan menjadi penyokong utama perjuangan Mbah Banjar.
Pada suatu hari, Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu berkeinginan untuk mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar syiar Islam semakin berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan masih kurangnya tenaga edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah. Akhirnya mereka pun sepakat untuk sowan (bahasa jawa) menghadap Kanjeng Sunan Ampel di Ampel denta Surabaya. Gayung pun bersambut Kanjeng Sunan Ampel memberikan restu dengan mengutus putranya Raden Qosim untuk turut serta membantu perjuangan kedua tokoh tersebut. Akhirnya Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di suatu petak tanah yang terletak di areal Pondok Pesantren putri Sunan Drajat saat ini. Beliau pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat beliau dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Sementara itu untuk mengenang perjuangan Mbah Banjar, maka dusun yang sebelumnya bernama kampung Jelaq, dirubah namanya menjadi Banjaranyar untuk mengabadikan nama Mbah Banjar dan anyar sebagai suasana baru di bawah sinar petunjuk Islam.
Setelah beberapa lama beliau berdakwah di Banjaranyar, maka Raden Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan masjid dan Pondok Pesantren yang baru di kampung Sentono. Beliau berjuang hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di mana beliau mendirikan masjid dan Pondok Pesantren itu akhirnya dinamakan pula sebagai Desa Drajat.
Sepeninggal Kanjeng Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan dilanjutkan oleh anak cucu beliau. Namun seiring dengan perjalanan waktu yang cukup panjang pamor Pondok Pesantren Sunan Drajat pun kiyan pudar dan akhirnya lenyap ditelan masa. Saat itu hanyalah tinggal sumur tua yang tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar yang tersisa. Kemaksiatan dan perjudian merajalela di sekitar wilayah Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan areal di mana Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di Banjaranyar saat itu berubah menjadi tempat pemujaan. Namun Alhamdulillah keadaan itu pun berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang sama didirikan Pondok Pesantren Sunan Drajat oleh K.H. Abdul Ghofur yang masih termasuk salah seorang keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang bertujuan untuk melanjutkan perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama Allah di muka bumi. 
Dengan berbekal ilmu kanuragan yang dimiliki K.H. Abdul Ghofur mengumpulkan para pemuda sambil mengajarkan ilmu agama, ilmu kanuragan, serta ilmu pengobatan. Jumlah santri yang semula hanya beberapa orang, menjadi puluhan dan terus berkembang secara pesat dari tahun ke tahun.


2.2 Kebangkitan Pondok Pesantren Sunan Drajat

Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali menata diri dan menatap masa depannya dengan rasa optimis dan tekat yang kuat. Hal ini bermula dari upaya yang dilakukan oleh K.H. Abdul Ghofur yang bercita-cita untuk melenjutkan perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar.
Sepulang dari perantauan dan menimba ilmu, beliau berupaya menghidupkan kembali pesantren yang telah lama mati dengan melalui pendekatan seni. Berawal dari kegiatan latihan pencak silat yang juga diselingi siraman rohani dan pengajian ilmu diniyah, pamor Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali bersinar dan nuansa keagamaan pun mulai mewarnai kehidupan masyarakat Banjaranyar dan sekitarnya. Dalam waktu relatif singkat Pondok Pesantren Sunan Drajat menunjukkan perkembangan yang luar biasa pesatnya.
Kini Pondok Pesantren Sunan Drajat telah memiliki berbagai pendidikan baik formal maupun nonformal, dalam berbagai jenis dan jenjang, seperti:
Ø  TK Muslimat.
Ø  MI Al-Mu’awanah ini sudah berdiri pada tahun 1976 sebelum pondok pesantren sunan drajat resmi berdiri.
Ø  Pondok Pesantren Sunan Drajat resmi di dirikan pada tanggal 7 september 1977.
Ø  MTs Al-Mu’awanah berdiri dengan izin Akte No. B.30008148 Tanggal 01 juli 1986.
Ø  SLTPN 2 Paciran berdiri berdasarkan Surat Keputusan No.8757/104.15/PR/1997 tertanggal 11 Januari 1997 dan sekolah ini di resmikan pada tanggal 30 Agustus 1997 oleh Mendikbud Prof.Dr. Ing. Wardiman Joyonegoro.
Ø  MA Ma’arif 7 Sunan Drajat berdiri dengan Akte No.wm.06.04./.pp.0.3.2/001399/191 pada tgl 08 april 1991.
Ø  MMA (Madrasah Mu’allimin Mu’allimat) berdiri pada tahun 1994 dengan materi kurikulum nasional dengan ditambah muatan lokal ilmu keagamaan yang lebih banyak.
Ø  SMK NU 1 (STM) berdiri dengan Akte izin pendirian Nomor 1942/32. B tanggal 17 Juli 1995.
Ø  SMK NU 2 (SMEA) berdiri pada tahun 1997.
Ø   Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) berdiri pada tahun 2003.
Ø  Universitas Islam Lamongan (UNISLA) berdiri pada tahun 2001, dengan status kampus pondok pesantren sunan drajat.
Ø  Madrasah Diniyah didirikan pada tahun 1976 yang mengawali upaya di bangkitkannya Pondok Pesantren Sunan Drajat.
Ø  Madrasatul Qur’an berdiri pada tanggal 01 juli 1996 dengan kajian materi dan kurikulum.
Ø  LPBA (Lembaga Pengembangan Bahasa Asing) berdiri pada tahun 2003.

Dengan jumlah peserta didik kurang lebih 6000 (enam ribu) santri, dan ini berlangsung beberapa tahun dari pondok pesantren sunan drajat di dirikan.
2.3 Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Drajat
 Seiring dengan berjalannya globalisasi pondok pesantren sunan drajat kini mengikuti perkembangan zaman terutama pada pendidikannya. Yang dulunya pondok pesantren sunan drajat hanya memiliki jenjang pendidikan yang telah di sebutkan di atas kini telah memiliki jenjang pendidikan perguruan tinggi sendiri yaitu STAIRA (Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim) pada tahun 2008. Perjuangan kyai Ghofur saat memperjuangkan untuk menghidupkan kembali pondok pesantren sunan drajat yang sudah berates-ratus tahun hampir lenyap tidak ada bekasnya sangatlah sengsara.
Pertama sebelum beliau merancang untuk membangun kembali pondok pesantren sunan drajat beliau membentuk tim sepak bola yang di namakan “Asmoro Gila” kenapa harus dengan sepak bola ?. karena waktu itu sebelum di dirikannya pondok tempat itu jadi sarang judi, minum, maling, madat dan madon, sarang mereka terbuat dari gubuk. Dengan bola di tendang mengarah pada gubuk, robohlah gubuk tersebut sehingga mereka lama kelamaan tidak betah tinggal di area itu. Setelah para pendzolim bersih disini mulailah beliau mendirikan pencak silat yang di namakan “GASPI” (Gabungan Silat Pemuda Islam), dari silat sinilah pondok pesantren sunan drajat mulai merintis kebangkitannya. Setelah beliau mengajar silat apa yang beliau lakukan, beliau langsung memberi pengarahan-pengarahan dan mauidhotul khasanah. Usai memberi mauidhotul khasanah beliau mengutus para murid-muridnya mengambil pasir di pantai untuk sedikit demi sedikit membangun asrama. waktu terus berjalan dan perjuangan beliau semakin pesat sehingga tak lama insiatif membangun lembaga beliau lakukan, mulai dari lembaga terendah hingga perguruan tinggi yang telah di paparkan tadi.
Perjuangan beliau bukan hanya sampai disini, sekarang lembaga-lembaga yang ada di pondok pesantren sunan drajat perkembangannya sudah hampir mencapai puncak terutama sekolah SMK dan perguruan tingginya. Dulunya ada SMK NU 1 (STM), SMK NU 2 (SMEA) dan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) sekarang SMK di gabung menjadi satu dengan perubahan nama SMK SUNAN DRAJAT yang kini telah menjadi pemecah rekor SMK dengan jurusan terbanyak di jawa timur dan sekitarnya. Begitu juga pada perguruan tingginya yang dulunya masih bekerja sama dengan UNISLA (Universitas Islam Lamongan) kini sudah mempunyai perguruan tinggi sendiri dengan nama kampus STAIRA (Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim) yang berdiri pada tahun 2008, ujarnya pengasuh pondok pesantren sunan drajat STAIRA ini tidak akan bertahan lama. Akan tetapi secepatnya STAIRA ini akan di rubahnya menjadi YUNSUD (Yayasan Universitas Sunan Drajat).
Begitulah perjuangan kyai Ghofur selaku pengasuh sekaligus pendiri pondok pesantren sunan drajat selain mengembangkan pendidikan salaf juga mengembangkan lembaga umum yang ada di pondok pesantren sunan drajat, yang kini dengan jumlah peserta didik kurang lebih 9000 (Sembilan ribu) santriwan dan santriwati. Semua itu tidak lepas dari berbagai terobosan dan upaya yang dilakukan untuk menjadikan Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai pesantren yang  Rahmatan Lil’Alamin.









BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di paparkan bahwasanya penelitian merupakan               kegiatan untuk mencari pengalaman dan pengetahuhan yang luas. Baik di luar ataupun di dalam lingkungan sekitar kita, di samping itu  kita bisa mengetahui sejarah satu-satunya pondok pesantren yang masih asli peninggalan wali songo yang hampir mati yaitu pondok pesantren sunan drajat hingga kebangkitannya kembali. dengan begitu kita dapat pengalaman-pengalaman baru, lain dari pada itu wisata religi juga bisa dibuat untuk belajar.
3.2  Saran
Jagalah selalu nama almamater dengan cara sopan dalam ucapan dan perbuatan dimanapun dan kapanpun bila kita merasa sebagai manusia ulul albab. Di sini kami sebagai penulis laporan penelitian tentang “sejarah, kebangkitan dan perkembangan pendidikan di pondok pesantren sunan drajat” kami sangat berharap tinjauan dan revisi anda sekaligus kritik dan saran anda apabila tanpa sengaja kami kurang tepat dalam menulis laporan penelitian ini.

Semoga dengan adanya penelitian tentang“sejarah, kebangkitan dan perkembangan pendidikan di pondok pesntren sunan drajat”  ini bisa bermanfaat bagi kita semua, Amiiiin . . . .








GAMBAR HASIL OBSERVASI DI PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN

          
       Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur                                             Masjid Agung
Pengasuh pondok pesantren sunan drajat                                pondok pesantren sunan drajat

 
            MA Ma-Ma’arif 7 Sunan Drajat                                               SMK Sunan Drajat

           
      SMPN 2 PACIRAN SUNAN DRAJAT                              Mts. SUNAN DRAJAT

        
TK MUSLIMAT                                                  MI AL-MU’AWANAH

          
            STAIRA (Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim) Pondok Pesantren Sunan Drajat