Senin, 03 Desember 2012


HABLU MINAL ALAM

Rasanya ada yang kurang bila kita hanya berkutat pada dua hal (interaksi, yaitu hablu minallah wa hablu minan nas). Karena masih ada satu elemen lagi dalam interaksi manusia yakni hubungan manusia dengan alam (hablu minal alam). Untuk pada kesempatan kali ini akan di iuraikan mengenai hablu minal alam. Yakni bagaimana manusia berhubungan, mengelola, dan memanfaatkan alam. Sebab bila kita kita cermati seimbang dan tidaknya keadaan alam akan berdampak pada kehidupan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Allah berfirman"Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut karena sebab ulah perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar"QS. Ar-Rum:41.
Seperti yang telah di jelaskan dalam kitab “Ihya’ulumuddin” karangan Imam Al-Ghozali bahwa untuk membahas hablun minal alam bukanlah hal yang mudah, karena alam sendiri itu luas pengertinnya. Allah menciptakan alam ini terbagi dari beberapa alam, mulai dari alam Allah (Arasy), alam semesta dan alam kehidupan manusia ,mulai dari alam kandungan hingga alam setelah kematian kita. Maka dari itu untuk sekedar pengetahuan disini akan membeberkan hablu minal alam sekilas alam semesta dan interaksi antara sang pecinta alam dengan tumbuh-tumbuhan.
Baik disini dari hasil observasi saya tentang hablu minal alam di lihat dari sulitnya membongkar tentang hablu minal alam, maka kami sempitkan pembahasan ini untuk pembahasan interaksi antara sang pecinta alam dengan tumuh-tumbuhan saja. Di jelaskan dalam kitab bahwa barang siapa yang melestarikan alam Allah maka kebahagiaan dunia dan akhirat patut ia peroleh. Penjelasan dari bapak Bambang Soenarto (50 thn) bahwa selama 15 tahun dia bergelimpung dengan alam sebagai direktur di CV. GUNTUR AGROBIS  depo pembibitan merasa bahagia dan selalu merasa bahwa apa yang dia lakukan adalah pekerjaan mulia, karena dia memandang pekerjaan itu sebagai tujuan ibadah. Di sebutkan oleh bapak Bambang semua yang ia lakukan itu untuk memulihkan sumber daya alam, memberi peluang pada pengangguran, menanggulangi banjir dan tanah longsor, dan memperbaiki hubungan keluarga.
Dari itu alam bisa kita manfaatkan untuk jalan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. kenapa demikian, Rasulullah bersabda: “Orang-orang yang memiliki kasih sayang (pada yang lain), maka di sayang oleh dzat yang maha penyayang, sayangilah yang ada di bumi maka engkau akan di sayangi yang ada di langit. Maka di sini akan timbul yang namanya hukum Karma (Hukum Alam). Hukum karma ini bila kita lihat dari fenomena alam masih berlaku. Sebelum perjalanan pada pembahasan yang lebih jauh, sedikit disini akan di jelaskan kenapa karma masuk dalam hablu minal alam. Sebenarnya yang di maksud hukum karma itu sendiri adalah hukum alam, yang dimana hukum alam ini muncul karena tindak laku manusia itu sendiri. sehingga pada suatu saat alam yang akan membalas. Dengan maksud interaksi-interaksi melalui perbuatan-perbuatan baik itu perbuatan baik ataupun perbuatan buruk ada suatu imabalannya dari Allah melalui suatu tanda-tanda gejala alam. Hablun minannas di pembahasan atas tadi menunjukkan bahwa dari apa yang mereka perbuat tanpa sadar suatu saat akan ada suatu balasannya, yang di maksud dengan hukum karma. Contoh kecil kalau kita pada saat berinteraksi antar sesama dalam bidang jual beli, di saat si pembeli dan si pedagang saling adu tawar menawar di situ akan terjadi pergesekan perkataan yang keluar dari si pedagang dengan mengatakan bahwa barang ini masih orsinil, bagus dan belum pernah mengalami kerusakan, tapi sebenarnya barang itu tidak sesuai dengan apa yang sudah di katakana si pedagang tersebut. Maka akan terjadilah proses interaksi alam pada suatu saat si pedagang akan menanggung resiko dari apa yang telah ia lakukan pada si pembeli.
Begitu juga ketika kita mencintai alam dan melestarikan alam seperti yang sudah di lakukan Bapak Bambang selama 15 tahun dia bersahabat dengan pelestarian alam, sering dia mengalami keanehan-keanehan yang di berikan Allah kepadanya tanpa terduga, itulah yang di namakan hukum karma timbal balik atas apa yang manusia lakukan di muka bumi ini. Ketika manusia tidak menghiraukan alam dan merusak tumbuh-tumbuhan seperti adanya penebangan pohon liar sehingga mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor dan sebagainya, saya yakin bahwa semua itu juga ada hukum timbal baliknya dari allah melalui tanda-tanda alam yang akan menghasilkan hukum karma pada orang tersebut.
Tumbuh-tumbuhan adalah jantung bagi bumi kita, maka sebab itu dengan usaha apapun manusia seharusnya melestarikan alam seperti apa yang telah di lakukan pak Bambang tadi, bukan malah menjadi ajang untuk merusak kelestarian alam. Karena semua apa yang telah di lakukan manusia esok akan di minta pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT. “Dan janganlah engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan di minta pertanggung jawaban” (Qs.Al-Isra’:36).
Dari sini terlihat jelas, ada suatu hukum timbal balik. Ketika seseorang ingin di sayangi oleh orang lain, maka sayangilah orang lain. Dan ternyata timbal balik ini bukan hanya dalam hal kasih sayang pada manusia saja, tapi lebih dari itu. Bisa di objekkan pada hewan dan alam (tumbuh-tumbuhan), begitu juga dari mafhum mukholafahnya (pengertian sebaliknya). Konsep timbal balik ini bisa kita artikan dengan “Hukum Karma” yang kita kenal. (Qola Rasulullah Wa Fil Kitab Al-Mustadrak Lil Imam Hakim). Maka semakin jelas hukum timbal balik ini memang ada dalam agama islam. Sehingga wacana “Hukum Karma” juga perlu di waspadai dan disikapi.

Kanuragan Yang Menyatu Dengan Alam

Perlu kita ketahui bahwa seperti apa proses ilmu kanuragaan ini yang sering di simpulkan bahwa setiap orang mengatakan bahwa kanuragan itu menyatu dengan alam. Apakah benar semua itu, dan apakah ini di katakan hablun minal alam, dengan adanya penelitian masalah tentang itu bisa di ungkapakan dengan sebagian kecil kebenarannya. Disini saya tidak meneliti ke berbgai perguruan-perguruan pencak silat yang mempelajari kanuragan karena sang penulis sendiri sudah jadi bahan makanannya dalam bidang ini.
Sebenarnya apa yang di katakana sebagian besar orang bahwa kanuragan yang menyatu dengan alam ini benar bagi mereka yang tidak terjun langsung dalam dunia persilatan. Kami dari penulis browsing-browsing pada guru-guru di padepokan mengatakan untuk kanuragan yang menyatu dengan alam tidak bisa di katakana hablu minal alam, karena sesungguhnya hal ini, itu adalah alam yang secara otomatis mengikuti kita bukan kita yang mengajak alam untuk bergabung. Untuk masalah ini tidak bisa di jelaskan banyak oleh lisan, apalagi pada orang yang tidak tahu sama sekali tentang kanuragan tapi hal ini hanya bisa di jelaskan dan di buktikan  dengan praktek.
Sebagai pengetahuan saja, yang di lakukan orang-orang di dunia persilatan saat bermain kanuragan mereka murni kontak langsung dengan Allah melalui do’a-do’a yang di lafalkan melalui lisan maupun hati. Nah, di situ akan terjadi kontraminasi alam yang secara otomatis akan tersedot auranya ke rongga hidung dan disinilah yang di katakanan penyatuan dengan alam. Jadi bisa di simpulkan bahwa kanuragan penyatuan dengan alam ini tidak bisa di katakan hablu minal alam karena mereka murni kontak langsung dengan Allah dan pernyataan ini di katakan hablu minaallah.

                                                                                                                                 
Foto-foto observasi Hablu Minal Alam dengan Bapak :
Nama               : Bambang Soenarto
Ttl                    : Lamongan, 21 juli 1962
Alamat             : Dradah-Kedungpring-Lamongan