HABLU MINAL ALAM
Rasanya ada yang kurang bila kita hanya berkutat pada dua hal
(interaksi, yaitu hablu minallah wa hablu minan nas). Karena masih ada satu
elemen lagi dalam interaksi manusia yakni hubungan manusia dengan alam (hablu minal
alam). Untuk pada kesempatan kali ini akan di iuraikan mengenai hablu minal
alam. Yakni bagaimana manusia berhubungan, mengelola, dan memanfaatkan alam.
Sebab bila kita kita cermati seimbang dan tidaknya keadaan alam akan berdampak
pada kehidupan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Allah
berfirman"Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut karena sebab ulah
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar"QS. Ar-Rum:41.
Seperti yang telah di jelaskan dalam kitab “Ihya’ulumuddin” karangan
Imam Al-Ghozali bahwa untuk membahas hablun minal alam bukanlah hal yang mudah,
karena alam sendiri itu luas pengertinnya. Allah menciptakan alam ini terbagi
dari beberapa alam, mulai dari alam Allah (Arasy), alam semesta dan alam
kehidupan manusia ,mulai dari alam kandungan hingga alam setelah kematian kita.
Maka dari itu untuk sekedar pengetahuan disini akan membeberkan hablu minal
alam sekilas alam semesta dan interaksi antara sang pecinta alam dengan
tumbuh-tumbuhan.
Baik disini dari hasil observasi saya tentang hablu minal alam di
lihat dari sulitnya membongkar tentang hablu minal alam, maka kami sempitkan
pembahasan ini untuk pembahasan interaksi antara sang pecinta alam dengan
tumuh-tumbuhan saja. Di jelaskan dalam kitab bahwa barang siapa yang
melestarikan alam Allah maka kebahagiaan dunia dan akhirat patut ia peroleh.
Penjelasan dari bapak Bambang Soenarto (50 thn) bahwa selama 15 tahun dia
bergelimpung dengan alam sebagai direktur di CV. GUNTUR AGROBIS depo pembibitan merasa bahagia dan selalu
merasa bahwa apa yang dia lakukan adalah pekerjaan mulia, karena dia memandang
pekerjaan itu sebagai tujuan ibadah. Di sebutkan oleh bapak Bambang semua yang
ia lakukan itu untuk memulihkan sumber daya alam, memberi peluang pada
pengangguran, menanggulangi banjir dan tanah longsor, dan memperbaiki hubungan
keluarga.
Dari itu alam bisa kita manfaatkan untuk jalan beribadah kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. kenapa demikian, Rasulullah bersabda: “Orang-orang
yang memiliki kasih sayang (pada yang lain), maka di sayang oleh dzat yang maha
penyayang, sayangilah yang ada di bumi maka engkau akan di sayangi yang ada di
langit. Maka di sini akan timbul yang namanya hukum Karma (Hukum Alam). Hukum
karma ini bila kita lihat dari fenomena alam masih berlaku. Sebelum perjalanan
pada pembahasan yang lebih jauh, sedikit disini akan di jelaskan kenapa karma
masuk dalam hablu minal alam. Sebenarnya yang di maksud hukum karma itu sendiri
adalah hukum alam, yang dimana hukum alam ini muncul karena tindak laku manusia
itu sendiri. sehingga pada suatu saat alam yang akan membalas. Dengan maksud
interaksi-interaksi melalui perbuatan-perbuatan baik itu perbuatan baik ataupun
perbuatan buruk ada suatu imabalannya dari Allah melalui suatu tanda-tanda
gejala alam. Hablun minannas di pembahasan atas tadi menunjukkan bahwa dari apa
yang mereka perbuat tanpa sadar suatu saat akan ada suatu balasannya, yang di
maksud dengan hukum karma. Contoh kecil kalau kita pada saat berinteraksi antar
sesama dalam bidang jual beli, di saat si pembeli dan si pedagang saling adu
tawar menawar di situ akan terjadi pergesekan perkataan yang keluar dari si
pedagang dengan mengatakan bahwa barang ini masih orsinil, bagus dan belum
pernah mengalami kerusakan, tapi sebenarnya barang itu tidak sesuai dengan apa
yang sudah di katakana si pedagang tersebut. Maka akan terjadilah proses interaksi
alam pada suatu saat si pedagang akan menanggung resiko dari apa yang telah ia
lakukan pada si pembeli.
Begitu juga ketika kita mencintai alam dan melestarikan alam
seperti yang sudah di lakukan Bapak Bambang selama 15 tahun dia bersahabat
dengan pelestarian alam, sering dia mengalami keanehan-keanehan yang di berikan
Allah kepadanya tanpa terduga, itulah yang di namakan hukum karma timbal balik
atas apa yang manusia lakukan di muka bumi ini. Ketika manusia tidak
menghiraukan alam dan merusak tumbuh-tumbuhan seperti adanya penebangan pohon
liar sehingga mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor dan sebagainya,
saya yakin bahwa semua itu juga ada hukum timbal baliknya dari allah melalui tanda-tanda
alam yang akan menghasilkan hukum karma pada orang tersebut.
Tumbuh-tumbuhan adalah jantung bagi bumi kita, maka sebab itu
dengan usaha apapun manusia seharusnya melestarikan alam seperti apa yang telah
di lakukan pak Bambang tadi, bukan malah menjadi ajang untuk merusak
kelestarian alam. Karena semua apa yang telah di lakukan manusia esok akan di
minta pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT. “Dan janganlah engkau
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati semuanya itu akan di minta pertanggung jawaban” (Qs.Al-Isra’:36).
Dari sini terlihat jelas, ada suatu hukum timbal balik. Ketika
seseorang ingin di sayangi oleh orang lain, maka sayangilah orang lain. Dan
ternyata timbal balik ini bukan hanya dalam hal kasih sayang pada manusia saja,
tapi lebih dari itu. Bisa di objekkan pada hewan dan alam (tumbuh-tumbuhan), begitu
juga dari mafhum mukholafahnya (pengertian sebaliknya). Konsep timbal balik ini
bisa kita artikan dengan “Hukum Karma” yang kita kenal. (Qola Rasulullah Wa
Fil Kitab Al-Mustadrak Lil Imam Hakim). Maka semakin jelas hukum timbal
balik ini memang ada dalam agama islam. Sehingga wacana “Hukum Karma” juga
perlu di waspadai dan disikapi.
Kanuragan Yang Menyatu Dengan Alam
Perlu kita ketahui bahwa seperti apa proses ilmu kanuragaan ini
yang sering di simpulkan bahwa setiap orang mengatakan bahwa kanuragan itu
menyatu dengan alam. Apakah benar semua itu, dan apakah ini di katakan hablun
minal alam, dengan adanya penelitian masalah tentang itu bisa di ungkapakan
dengan sebagian kecil kebenarannya. Disini saya tidak meneliti ke berbgai
perguruan-perguruan pencak silat yang mempelajari kanuragan karena sang penulis
sendiri sudah jadi bahan makanannya dalam bidang ini.
Sebenarnya apa yang di katakana sebagian besar orang bahwa
kanuragan yang menyatu dengan alam ini benar bagi mereka yang tidak terjun
langsung dalam dunia persilatan. Kami dari penulis browsing-browsing pada
guru-guru di padepokan mengatakan untuk kanuragan yang menyatu dengan alam
tidak bisa di katakana hablu minal alam, karena sesungguhnya hal ini, itu
adalah alam yang secara otomatis mengikuti kita bukan kita yang mengajak alam
untuk bergabung. Untuk masalah ini tidak bisa di jelaskan banyak oleh lisan,
apalagi pada orang yang tidak tahu sama sekali tentang kanuragan tapi hal ini
hanya bisa di jelaskan dan di buktikan
dengan praktek.
Sebagai pengetahuan saja, yang di lakukan orang-orang di dunia
persilatan saat bermain kanuragan mereka murni kontak langsung dengan Allah
melalui do’a-do’a yang di lafalkan melalui lisan maupun hati. Nah, di situ akan
terjadi kontraminasi alam yang secara otomatis akan tersedot auranya ke rongga
hidung dan disinilah yang di katakanan penyatuan dengan alam. Jadi bisa di
simpulkan bahwa kanuragan penyatuan dengan alam ini tidak bisa di katakan hablu
minal alam karena mereka murni kontak langsung dengan Allah dan pernyataan ini
di katakan hablu minaallah.
Foto-foto
observasi Hablu Minal Alam dengan Bapak :
Nama : Bambang Soenarto
Ttl : Lamongan, 21 juli 1962
Alamat :
Dradah-Kedungpring-Lamongan